Kasih Karunia Yang Sejati Dibandingkan Dengan Kasih Karunia Palsu

 

Kasih karunia bukanlah pengajaran atau subyek sekolah Alkitab. Kasih karunia adalah Pribadi, Pribadi yang indah Yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.

Karena sebuah pertemuan dengan Pribadi yang indah yaitu Tuhan kita Yesus Kristus begitu mulia, begitu memerdekakan, dan begitu berkuasa untuk mengubah kehidupan-kehidupan yang berharga, musuh telah melemparkan banyak kontroversi dan kesalahpahaman seputar Injil kasih karunia. Hal ini menyebabkan banyak yang takut pada kasih karunia dan membuat mereka menjauh dari apa yang sebenarnya mereka perlukan untuk mendekat kepada Tuhan dan menjalani hidup yang berkemenangan dan memuliakan Tuhan.

Padahal, kasih karunia bukanlah doktrin berbahaya—yang memberikan izin untuk berdosa—seperti yang banyak dikatakan orang. Dan doa saya adalah supaya artikel ini dapat menyingkapkan kepada Anda apakah kasih karunia sejati yang sesungguhnya itu, dan bagaimana pribadi Yesus dan kasih karunia-Nya ADALAH kekuatan Tuhan yang menyelamatkan Anda di dalam semua area kehidupan Anda.

HATI-HATI TERHADAP BAHAYA KASIH KARUNIA PALSU

Kita tinggal di masa-masa yang menarik. Tuhan kita Yesus benar-benar sedang memulihkan Injil kasih karunia, Injil yang pada mulanya diberikan kepada Rasul Paulus. Selama satu dekade terakhir, saya telah mendapatkan kehormatan membaca laporan kemenangan dan kesaksian yang terus-menerus dikirimkan ke kantor pelayanan kami oleh saudara-saudara terkasih yang telah dibebaskan dari segala macam kecanduan termasuk kecanduan rokok, obat-obatan, alkohol, dan terutama pornografi.

Selain terlepas dari belenggu beban berat rasa bersalah dan penghukuman; banyak kehidupan, pernikahan, dan keluarga yang saat ini sedang ditransformasikan, dan orang-orang ini hidup untuk kemuliaan Yesus melalui kuasa kasih karunia-Nya yang luar biasa. Kasih karunia bukanlah sebuah gerakan, pengajaran, atau subyek untuk dipelajari. Semuanya adalah tentang seorang Pribadi. Nama-Nya adalah Yesus. Apa yang diyakini seseorang tentang Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, dan apa yang telah Ia lakukan di atas kayu salib, itulah yang akan membuat semua perbedaan dalam hidupnya.

BERKUASA ATAS DOSA MELALUI KASIH KARUNIA

Untuk mengerti kasih karunia Tuhan, penting untuk kita mengerti perbedaan antara perjanjian lama hukum Taurat dan perjanjian baru kasih karunia. Yohanes 1:17 memberitahukan kita, “Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.” Hukum Taurat diberikan melalui seorang hamba; kasih karunia dan kebenaran datang melalui Anak. Hukum Taurat berbicara tentang manusia seharusnya menjadi seperti apa; kasih karunia menyingkapkan siapakah Tuhan. Hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan (2 Korintus 3:6). Di bawah hukum Taurat, Tuhan menuntut kebenaran dari manusia yang tidak berdaya di dalam dosanya. Tapi di bawah kasih karunia, Tuhan menyediakan kebenaran sebagai sebuah pemberian. Semua yang percaya kepada Yesus dan mengakui Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka berada di bawah perjanjian baru kasih karunia.

Tetapi, banyak orang percaya zaman sekarang masih hidup dalam kebingungan. Mereka mencampuradukkan hukum Taurat dan kasih karunia dengan memegang beberapa aspek dari hukum Taurat dan beberapa aspek dari kasih karunia dalam perjalanan kekristenan mereka. Dengan demikian, mereka terus berada di dalam kekalahan, dan tidak menang atas kuasa dosa melalui kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran yang telah diberikan kepada mereka.

Roma 5:17 memberitahu kita dengan jelas bahwa “mereka yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran akan hidup dan berkuasa.” Ketika kita berkuasa dalam kehidupan, kita berkuasa atas dosa, kecanduan, dan segala bentuk kejahatan.

Syukurlah, Tuhan kita Yesus sedang memulihkan kemurnian Injil kasih karunia saat ini dan banyak yang menemukan kebebasan dari kecanduan menahun dan belenggu-belenggu lainnya. Mereka menceritakan dengan penuh sukacita bagaimana Tuhan telah membebaskan mereka secara supranatural dari penyalahgunaan zat terlarang dan kecanduan seksual selama berpuluh-puluh tahun, kepanikan yang sering menyerang, bahkan depresi klinis jangka panjang. Banyak yang menulis kepada kami dengan penuh rasa terima kasih karena Dia telah memulihkan pernikahan dan hubungan dengan anak-anak mereka yang terputus, dan menyembuhkan tubuh mereka saat dokter tidak bisa memberi mereka harapan. Satu persamaan yang membawa orang-orang terkasih ini dari kekalahan kepada kemenangan, dari kegagalan kepada terobosan: mereka semua mengalami perjumpaan dengan Tuhan kita Yesus dan menangkap pewahyuan tentang kasih karunia-Nya yang luar biasa.

PENYIMPANGAN TERHADAP PEMULIHAN KEBENARAN TUHAN

Bagaimanapun juga, penting bagi kita untuk menyadari bahwa sama seperti pemulihan apapun dari kebenaran Tuhan di dalam sejarah gereja, saat ini ada penyimpangan terhadap pemulihan dari kebenaran kasih karunia. Ada banyak kontroversi, ketidakakuratan, dan pemalsuan terhadap pekerjaan kasih karunia yang sejati yang sedang Tuhan lakukan di dalam gereja-Nya dan di dalam kehidupan orang-orang. Juga disayangkan bahwa segelintir orang telah salah merepresentasikan kebenaran dari kasih karunia Tuhan yang luar biasa ini, dengan menggunakan “kasih karunia” sebagai alasan untuk hidup dengan gaya hidup yang tidak bermoral, yang jelas adalah pelanggaran terhadap Firman Tuhan.

Sangat penting bahwa kita tidak menarik kesimpulan tentang kasih karunia Tuhan berdasarkan perilaku beberapa orang yang menyalahgunakannya, tetapi mempelajari sendiri Firman Tuhan agar kita memahami apakah Injil kasih karunia yang sejati dan tidak tercemar itu.

Tanggung jawab kita sebagai orang percaya dan para pelayan Tuhan yang dipercayakan dengan Injil adalah tidak mundur dari kebenaran kasih karunia Tuhan, tetapi untuk mengindahkan nasihat yang diberikan Rasul Paulus kepada Timotius. Ia memerintahkan anak didiknya yang masih muda ini, “jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus” dan, “usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu” (2 Timotius 2:1, 2 Timotius 2:15).

Untuk alasan inilah saya membahas di dalam artikel ini beberapa inti pengajaran kasih karunia yang palsu dan tidak akurat yang telah banyak tumbuh dan membuat beberapa orang tersesat. Pengajaran kasih karunia yang palsu dan semu ini juga telah memadamkan beberapa pendeta dan pelayan Tuhan dalam memberitakan Injil kasih karunia. Ini sangat disayangkan. Doa saya adalah agar para pendeta dan pemimpin gereja di seluruh dunia menerima bagi diri mereka sendiri pewahyuan dan pemahaman yang akurat dari kabar baik yang sedang mengubah kehidupan dan menarik saudara-saudara yang terkasih kepada hubungan yang intim dengan Juruselamat kita. Saya berdoa agar sebagai para gembala yang ditunjuk Tuhan untuk domba-domba-Nya, kita tidak membuat penilaian berdasarkan cuplikan suara yang tidak lengkap dan desas-desus, tapi memeriksa dengan seksama apa yang sebenarnya diajarkan oleh setiap pengkhotbah kasih karunia dan dengan seksama memeriksanya melalui Firman Tuhan.

APAKAH KASIH KARUNIA ADALAH SURAT IZIN UNTUK BERBUAT BERDOSA?

Karena penyalahgunaan dan representasi yang tidak akurat dari pengajaran kasih karunia yang sejati, saya telah mendengar banyak orang yang memperingatkan orang lainnya, “Hati-hati dengan pengajaran kasih karunia. Pengajaran itu berbahaya. Ia memberi izin kepada orang-orang untuk berbuat dosa.”

Jika Anda mendengar pengajaran “kasih karunia” apapun yang mengatakan bahwa tidak apa-apa untuk berbuat dosa, hidup tanpa mengindahkan Tuhan, dan tidak ada konsekuensi dari dosa, maka saran saya untuk Anda adalah pergi menjauh dari pengajaran itu.

Anda baru saja terpapar oleh kasih karunia palsu. Kasih karunia sejati mengajarkan bahwa orang percaya dalam Kristus dipanggil untuk hidup kudus, tak bercela, dan tak bercacat. Ia mengajarkan bahwa dosa selalu menghasilkan konsekuensi yang merusak dan bahwa hanya melalui kuasa Injil Yesus Kristus seseorang dapat dibebaskan dari kekuasaan dosa. Pelajari Titus 2:11–15:

Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri,yang rajin berbuat baik. Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah.

Firman Tuhan menyatakan dengan tegas bahwa kasih karunia Tuhan mengajarkan kita untuk meninggalkan kefasikan, dan hidup beribadah. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap pengajaran kasih karunia palsu yang berlawanan dengan Firman Tuhan.

Jadi bagaimana kita tahu jika seseorang benar-benar hidup di bawah kasih karunia Tuhan?

Kita dapat melihat kehidupan mereka.

Jika seseorang meninggalkan istrinya demi sekretarisnya dan memberitahu Anda bahwa ia berada di bawah “kasih karunia”, katakan kepada orang ini bahwa ia bukan berada di bawah kasih karunia tetapi di bawah penipuan! Pegang otoritas Firman Tuhan, bukan perkataan orang ini. Roma 6:14 menyatakan, “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.” Jika orang ini benar-benar hidup di bawah kasih karunia, ia tidak akan dikuasai oleh dosa seperti itu. Dan tidak ada orang yang hidup di dalam dosa dapat secara sah menggunakan kasih karunia sebagai alasan untuk berdosa, karena hal ini bertentangan dengan Kitab Suci Tuhan.

Kasih karunia sejati bukan surat izin untuk berbuat dosa; melainkan kuasa untuk hidup di atas kuasa dosa. Kasih karunia yang sejati tidak berkompromi dengan standar kekudusan Tuhan dan mengabaikan dosa; melainkan adalah jawaban yang memberikan kuasa kepada orang-orang untuk hidup dalam kehidupan yang mulia dan rajin berbuat baik.

Akan selalu ada segelintir orang yang menyalahgunakan kasih karunia, menimbulkan kontroversi dengan pengajaran kasih karunia palsu, dan hidup dengan cara yang tidak memuliakan Tuhan. Tapi apa yang seharusnya menjadi respon kita? Haruskah kita menjadi malu dan menjauh dari pemberitaan dan pengajaran kasih karunia Tuhan yang benar karena kontroversi dan penyalahgunaan ini? Tentu saja tidak. Saya menasihati Anda hari ini, dengan Firman Tuhan dari Titus, “Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah.”

Dengan kata lain, jangan mundur dari pemberitaan kasih karunia Tuhan. Malah sebenarnya, kita harus menggandakan pemberitaan kita tentang Injil sejati yang mengajarkan semua orang untuk “[meninggalkan] kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi” dan untuk “hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.” Semakin banyak kasih karunia sejati dikhotbahkan, semakin banyak pengajaran kasih karunia palsu yang akan diberantas.

Orang-orang mungkin menggunakan kata kasih karunia secara bebas, menyebut diri mereka sendiri “pengkhotbah kasih karunia” dengan “pelayanan kasih karunia” atau “gereja kasih karunia.” Tapi kita perlu mampu membedakan. Hanya karena mereka menggunakan kata kasih karunia bukan berarti mereka benar-benar mewakili Injil kasih karunia secara akurat. Ujilah segala sesuatu! Pastikan bahwa posisi mereka melawan dosa harus jelas, karena dosa bersifat menghancurkan dan membawa serta sejumlah konsekuensi yang merusak.

KASIH KARUNIA SEJATI TIDAK MENGHINDARI MORAL DARI SEPULUH PERINTAH

Banyak juga penjelasan yang tidak akurat tentang Sepuluh Hukum di dalam pengajaran kasih karunia palsu. Anda perlu mengerti dengan jelas bahwa pengajaran kasih karunia sejati mengajarkan bahwa Sepuluh Hukum adalah kudus, benar dan baik. Pengajaran kasih karunia sejati menjunjung tinggi keunggulan-keunggulan moral, nilai-nilai, dan sifat-sifat baik yang didukung oleh Sepuluh Hukum. Sepuluh Hukum begitu sempurna dalam standarnya dan begitu lurus dalam persyaratan kekudusannya sehingga Galatia 3:11 menyatakan bahwa tidak ada manusia yang dapat dibenarkan (dibuat benar) oleh hukum Taurat di hadapan Tuhan. Dibenarkan di hadapan Tuhan hanya dapat diperoleh dengan beriman di dalam Kristus. Sepuluh Hukum adalah mulia. Masalahnya tidak pernah terletak pada Sepuluh Hukum atau hukum Taurat Tuhan yang sempurna.

Masalahnya selalu terletak pada kemampuan manusia yang tidak sempurna dalam berpegang pada hukum Taurat Tuhan yang sempurna.

Berdasarkan syarat dari perjanjian Musa, jika Anda berpegang pada hukum Taurat Tuhan, Anda akan diberkati. Tapi jika tidak, Anda akan dikutuk dan divonis dengan hukuman mati yang membayangi hidup Anda. Faktanya adalah bahwa di bawah perjanjian lama, tidak ada manusia yang dapat menaati hukum Taurat dengan sempurna. Ini sebabnya mengapa segera setelah hukum Taurat diberikan, Tuhan menyediakan jalan keluar melalui pengorbanan hewan sehingga kutukan, penghukuman, dan hukuman mati dapat dipindahkan ke lembu atau domba jantan kurban persembahan. Ini adalah gambaran Yesus di kayu salib!

Ketika Yohanes Pembaptis melihat Tuhan Yesus di tepi sungai Yordan, Ia berkata, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Jadi bahkan di dalam hukum Taurat kita melihat bahwa satu-satunya harapan manusia untuk benar di hadapan Tuhan sekali dan selamanya adalah Kristus. Pengajaran kasih karunia sejati menghargai keunggulan moral hukum Taurat, tetapi juga menunjukkan kepada kita bahwa tidak ada manusia yang dapat dibenarkan dengan berpegang pada Sepuluh Hukum sehingga akhirnya kita melihat kebutuhan kita akan Kristus.

KASIH KARUNIA SEJATI AKAN MEMBUAT ANDA LEBIH DARI SEKADAR MEMENUHI HUKUM TAURAT

Selama 1.500 tahun umat Tuhan hidup di bawah hukum Taurat, tidak ada satu manusia pun (selain Tuhan kita Yesus) yang dapat mematuhi Sepuluh Hukum dengan sempurna dan olehnya dibenarkan. Dengarkan baik-baik apa yang akan saya katakan. Di bawah kasih karunia, ketika kita mengalami kasih Tuhan kita Yesus, pada akhirnya kita akan menggenapi hukum Taurat! Di bawah kasih karunia sejati, pada akhirnya kita akan menjadi kudus. Kasih karunia menghasilkan kekudusan sejati! Seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus dengan berani, ”Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat” (Roma 13:10).

Ketika kasih Yesus ada di dalam kita, mau tidak mau kita akan memenuhi hukum Taurat. Ketika hati kita melimpah dengan kasih karunia dan kasih sayang Tuhan, kita akan kehilangan keinginan untuk melakukan perzinahan, pembunuhan, memberikan kesaksian palsu, atau menginginkan milik orang lain.

Kita akan memiliki kuasa untuk mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri. Dari mana kuasa ini datang? Dari kita yang berakar kuat dan kokoh di dalam kasih karunia Tuhan. Kita memiliki kuasa untuk mengasihi, karena Ia lebih dulu mengasihi kita (1 Yohanes 4:19)!

Faktanya adalah saat umat Tuhan ada di bawah kasih karunia, mereka tidak saja memenuhi hukum Taurat yang tertulis, tetapi mereka juga melampaui atau melangkah lebih jauh. Hukum Taurat memerintahkan kita untuk tidak berzinah, dan ada orang-orang yang dapat memenuhi hukum Taurat yang tertulis ini dan tidak melakukan perzinahan. Namun diam-diam, mereka tidak memiliki cinta untuk pasangan mereka. Kasih karunia mengubah semua itu. Kasih karunia tidak hanya berhubungan dengan apa yang kelihatan; kasih karunia menjangkau lebih dalam dan mengajarkan seorang pria untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi jemaat.

Sama halnya, hukum Taurat dapat memerintahkan kita untuk tidak mengingini milik orang lain, tapi tidak mampu menjadikan kita pemberi yang bersukacita. Sekali lagi, kasih karunia menjangkau lebih dalam dari apa yang terlihat oleh mata untuk mengubahkan hati kita yang tamak menjadi hati yang mengasihi, berbelas kasihan, dan murah hati. Ingat kisah Zakheus di Lukas pasal 19? Tidak ada satu pun perintah yang diberikan kepadanya. Namun, saat cinta kasih dan kasih karunia Tuhan kita Yesus menyentuh hatinya, seorang pemungut cukai yang tadinya tamak dan korup jadi ingin memberikan separuh hartanya untuk orang miskin dan membayar kembali empat kali lipat kepada orang-orang yang telah ia curi hartanya. Cinta akan uang mati saat kasih Yesus datang.

Sebaliknya, pemimpin muda yang kaya di Lukas pasal 18 datang kepada Tuhan kita Yesus, sambil menyombongkan diri bahwa ia telah menuruti semua hukum Taurat. Pria muda ini mungkin mengharapkan Yesus akan memujinya karena ia menaati hukum Taurat dan merasa benar-benar yakin pada dirinya sendiri. Tapi perhatikan apa yang Yesus katakan kepadanya. Bukannya memujinya, Ia malah mengatakan, “Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan” (Lukas 18:22). Anda lihat, setiap kali kita menyombongkan diri tentang kemampuan kita dalam menaati hukum Taurat, Tuhan akan menunjukkan satu area kekurangan kita. Ia memberitahu pria muda itu untuk menjual semua yang ia miliki, memberikannya kepada orang miskin, dan mengikuti Dia. Yesus memberikan perintah yang pertama kepadanya, “Jangan ada Allah lain di hadapan-Ku,” (termasuk uang) dan lihat apa yang terjadi. Pemimpin muda itu pergi menjauh dengan sedih. Satu dolarpun tidak mampu ia berikan! Saya percaya Roh Kudus menempatkan kedua kisah ini berdampingan dalam Lukas 18 dan 19 untuk menunjukkan kepada kita apa yang dihasilkan apabila seseorang membanggakan diri akan kemampuannya dalam menaati hukum Taurat, dan apa yang dihasilkan oleh kuasa kasih karunia Tuhan yang tanpa syarat di dalam kehidupan mereka.

TUMBUH DARI KEMULIAAN KEPADA KEMULIAAN TANPA TABIR

Kasih karunia Tuhan tidak bertentangan dengan kesempurnaan dan kemuliaan hukum Tuhan dari Sepuluh Hukum. Malah sebenarnya, Rasul Paulus berkata, ”Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah” (Roma 7:22). Namun, ia melanjutkan dengan berkata, ”tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku” (Roma 7:23). Dapatkah Anda melihatnya? Hukum Taurat Tuhan adalah kudus, adil, dan benar, tapi ia tidak memiliki kuasa untuk membuat Anda kudus, adil, dan benar. Dengarkan apa yang Paulus katakan di dalam Roma 7:

Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: “Jangan mengingini!”. Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati. . . . Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik. . . . dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku. . . . Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.
—Roma 7:7–8, 12–14 TB

Kita belajar dari Paulus bahwa saat kita menggabungkan hukum Tuhan yang sempurna dengan kedagingan (prinsip dosa), hasilnya bukanlah kekudusan. Hasilnya adalah, seperti yang digambarkan Paulus, sebuah kehidupan yang didominasi oleh dosa, penghukuman dan kematian. Di dalam kedagingan manusia tidak ada yang baik dan selama kita berada di dalam tubuh fana ini, prinsip dosa dalam daging kita akan terus dirangsang. Tapi terpujilah Tuhan kita Yesus Kristus, hal ini tidak harus berakhir dalam kesedihan dan keputusasaan. Karena apa yang telah digenapi oleh Yesus di atas kayu salib, kita dapat menyingkirkan tabir hukum, sehingga kita dapat melihat Yesus muka dengan muka dan ditransformasikan dengan mulia:

Sebab, jika yang pudar itu disertai dengan kemuliaan, betapa lebihnya lagi yang tidak pudar itu disertai kemuliaan. . . . Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya. . . . Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.
—2 Korintus 3:11, 14, 18 TB

Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa hukum Taurat membangkitkan sifat alamiah keberdosaan kita, sedangkan kasih karunia menghasilkan kekudusan sejati. Kekudusan adalah tentang menjadi semakin serupa dengan Yesus, dan hal ini akan datang saat tabir hukum Taurat disingkirkan. Saat tabir disingkirkan, kita melihat Juruselamat kita yang indah muka dengan muka, dan kasih karunia-Nya yang mulia mentransformasi kita dari kemuliaan kepada kemuliaan. Injil kasih karunia yang mulia selalu menghasilkan hidup yang mulia. Ketika kita melihat Yesus, kita akan tumbuh dari kemuliaan kepada kemuliaan dan bersinar sebagai kesaksian dari kebaikan dan keunggulan moral Tuhan.

KASIH KARUNIA TIDAK BERARTI KESELAMATAN OTOMATIS BAGI SEMUA

Ketika Tuhan kita Yesus mati di Kalvari, Ia menanggung semua dosa manusia dengan satu pengorbanan diri-Nya sendiri di kayu salib. Ia menanggung penghakiman, hukuman, dan kutukan dari setiap dosa ke atas diri-Nya sendiri. Itulah harga dari satu Manusia ini, Yesus. Ia telah membayar lebih untuk segala dosa kita. Sekarang, apakah ini berarti setiap orang secara otomatis diampuni dan diselamatkan?

Tentu saja tidak! Walaupun dosa setiap orang dibayar di Kalvari, setiap individu perlu membuat keputusan pribadi untuk menerima pengampunan atas semua dosanya dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Pengajaran “kasih karunia” manapun yang mengajarkan sebaliknya adalah pengajaran kasih karunia palsu. Tidak ada cara lain untuk diselamatkan kecuali melalui Yesus dan darah-Nya yang tercurah. Lihat apa yang Firman Tuhan katakan:

Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena Kitab Suci berkata: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.” Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.
—Roma 10:9–13 TB

Tidak ada ketidakjelasan di dalam Kitab Suci tentang bagaimana seseorang menjadi orang percaya dan dilahirkan baru di dalam Kristus. Untuk diselamatkan, Anda harus mengaku dengan mulut Anda bahwa Yesus adalah Tuhan Anda dan percaya dalam hati Anda bahwa Tuhan membangkitkan-Nya dari kematian.

Maka, jika pengajar “kasih karunia” manapun memberitahu Anda bahwa Anda tidak perlu menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat Anda agar diselamatkan karena ada “cara lain”, ia tidak akurat secara alkitabiah.

Yesus adalah satu-satunya cara. Tidak ada keselamatan tanpa Yesus. Tidak ada pengampunan tanpa penyucian oleh darah Yesus. Tidak ada jaminan bahwa semua dosa kita telah diampuni tanpa kebangkitan Yesus. Keselamatan ditemukan di dalam dan hanya di dalam Yesus!

Saya juga menyadari bahwa ada pengkhotbah kasih karunia palsu yang mengajarkan bahwa setiap orang, bahkan Setan dan malaikat-malaikatnya yang jatuh, suatu hari pada zaman yang akan datang akan diselamatkan. Karena keyakinan ini, mereka juga mengajarkan bahwa neraka bukan tempat penghukuman kekal yang nyata. Orang-orang ini mengambil posisi ekstrim atas kasih Tuhan dengan mengesampingkan kebenaran dan penghakiman-Nya, menolak percaya bahwa Kitab Suci dengan jelas mengajarkan tentang adanya siksaan kekal di neraka bagi mereka yang tidak diselamatkan. Ini bukan Injil kasih karunia.

APAKAH HANYA DOSA MASA LALU YANG DIAMPUNI?

Kembali ke pengampunan dosa, Injil yang sejati memberitahu kita bahwa saat kita mengundang Yesus ke dalam hati kita dan mengakui-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, semua dosa kita—yang lalu, saat ini, dan yang akan datang—diampuni. Untuk memahami pengampunan total atas dosa, kita harus memahami harga dari pribadi yang mengorbankan diri-Nya sendiri di atas kayu salib untuk kita itu. Yesus adalah satu-satunya, karena Dia adalah Anak Tuhan yang tidak berdosa, yang mampu membayar semua dosa dari setiap manusia yang akan hidup dengan hanya satu kali mengorbankan diri-Nya sendiri.

Tapi ada pengajaran yang menyatakan bahwa saat kita menerima Yesus, hanya dosa masa lalu kita saja yang diampuni—dosa masa depan kita diampuni saat kita mengakuinya dan meminta pengampunan Tuhan. Hal ini bertentangan dengan Kitab Suci, seperti yang akan kita lihat.

Efesus 1:7 menyatakan, “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya.” Dalam teks asli bahasa Yunani, kata kerja “beroleh” ditulis dalam tensis masa kini, yang mengindikasikan tindakan duratif, artinya kita terus-menerus beroleh pengampunan dosa, termasuk setiap dosa yang akan kita lakukan.1

1 Yohanes 2:12 berkata, “Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya.” Bentuk tensis sempurna dari bahasa Yunani digunakan di sini untuk kata “diampuni,” yang berarti bahwa pengampunan ini adalah tindakan pasti yang telah digenapi di masa lampau, dengan efek yang berlanjut sampai ke masa kini.2 Ini berarti pengampunan Tuhan tersedia untuk kita di masa kini kita dan berlanjut untuk masa depan kita.

Izinkan saya memberi Anda ayat Firman Tuhan lain yang jelas yang menyatakan bahwa segala dosa kita, termasuk dosa masa depan kita, telah diampuni:

Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib.—Kolose 2:13–14 TB

Yesus mengampuni segala dosa kita. Kata “segala” pada Firman Tuhan di atas dalam bahasa Yunani memakai kata pas, yang berarti “setiap jenis atau ragam . . . totalitas dari pribadi atau hal yang dimaksud.”3 Ini merujuk pada “segala, apa pun, setiap, seluruh.”4 Jadi “segala” berarti segala.

Pengampunan Tuhan atas dosa-dosa kita menutupi setiap dosa—masa lalu, masa kini, dan masa datang. Ketika kita menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita, kita menerima pengampunan total dan lengkap untuk segala dosa kita.

Peran kita sebagai pelayan Tuhan adalah memberitahukan kepada jemaat tentang jaminan yang pasti akan keselamatan dan pengampunan mereka yang ada di dalam Kristus. Peran kita bukan mengajarkan pesan campuran yang menanamkan ketidakamanan dan ketidakpastian di dalam hati mereka, yang membuat mereka bertanya-tanya apakah mereka benar-benar diampuni dan apakah pekerjaan Juruselamat mereka di kayu salib sudah tuntas. Jaminan keselamatan dan pengampunan total atas dosa adalah dasar dari kabar baik yang kita beritakan. Saya sampaikan kepada Anda bahwa pewahyuan kabar baik dari pengampunan Tuhan ini tidak membuat orang hidup seenaknya. Yesus sendiri berkata bahwa mereka yang banyak diampuni akan semakin mengasihi-Nya. Mereka yang sedikit diampuni (sebenarnya, manusia seperti ini tidak ada karena kita semua telah banyak diampuni)—atau seharusnya saya berkata, mereka yang berpikir bahwa mereka sedikit diampuni—akan sedikit mengasihi-Nya.

Doa saya adalah agar setiap orang yang mendengar pemberitaan kami tentang Injil kasih karunia sejati akan mendengar tentang betapa sempurna pengampunan Allah Bapa kepada mereka yang mau menerima Anak-Nya, Yesus Kristus. Hal ini tentu akan menuntun mereka untuk jatuh cinta lebih dalam dengan Yesus dan menghasilkan kehidupan yang penuh dengan pujian, kehormatan, dan kemuliaan bagi-Nya.

KASIH KARUNIA SEJATI MENGAJARKAN PENGUDUSAN PROGRESIF

Saya mengerti bahwa ada para pelayan Tuhan yang secara tulus khawatir bahwa saat kebenaran Injil dikhotbahkan, orang-orang akan mengambil keuntungan dari pengampunan total mereka dalam Kristus dan menjalani kehidupan yang tak bertuhan. Mereka khawatir bahwa pengajaran seperti itu tidak menekankan pengudusan atau keinginan untuk hidup kudus dan memuliakan Tuhan. Ini adalah kesalahpahaman, karena kasih karunia sejati mengajarkan pengudusan progresif.

Izinkan saya menyatakan dengan jelas bahwa walaupun seorang yang percaya telah diampuni dan dibenarkan oleh darah Yesus, proses pengudusan tetap berlangsung dalam pertumbuhannya sebagai seorang Kristen. Inilah sebabnya mengapa penulis kitab Ibrani menulis bahwa kita sedang “dikuduskan” walaupun kita telah “disempurnakan selama-lamanya” oleh satu tindakan ketaatan Kristus di kayu salib (Ibrani 10:14).

Sebagai orang percaya, kita tidak dapat lebih dibenarkan lagi, tetapi kita dapat menjadi lebih dikuduskan atau suci dalam arti bagaimana kita menjalani kehidupan kita.

Pembenaran oleh iman terjadi secara instan. Saat kita menerima Yesus, kita diampuni, dibersihkan, disempurnakan dalam kebenaran, dan diselamatkan. Kita juga dikuduskan dalam Kristus (Ibrani 10:10). Namun, penting bagi kita untuk memahami bahwa pewahyuan dan buah dari pengudusan kita di dalam Kristus bersifat progresif. Artinya adalah semakin kita bertumbuh dalam hubungan kita dengan Tuhan Yesus, semakin kita akan menjadi kudus di dalam setiap area kehidupan kita.

Firman Tuhan menyatakan bahwa “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Timotius 3:16). Jadi waspadalah dengan pengajaran kasih karunia palsu manapun yang mengatakan bahwa perilaku, disiplin, koreksi, dan hidup yang benar bukan hal yang penting. Pewahyuan akan pengampunan dosa kita tidak mengurangi arti penting, atau mengorbankan, hidup yang benar. Sebaliknya, pewahyuan ini adalah bahan bakar yang membuat hidup yang benar dapat terjadi.

Kamus online Merriam-Webster menggambarkan pengudusan sebagai “keadaan bertumbuh dalam kasih karunia ilahi sebagai hasil dari komitmen kekristenan setelah konversi.”5 Anda lihat, semuanya adalah tentang bertumbuh di dalam kasih karunia. Hari-hari ini, kita perlu mendorong umat kita untuk meneguhkan diri mereka sendiri di dalam Injil kasih karunia. Paulus memberitahu Timotius, “jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus” (2 Timotius 2:1). Petrus mendorong orang percaya untuk membangun dasar yang kuat dengan kata penutup ini dalam surat terakhirnya: “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (2 Petrus 3:18).

Kasih karunia sejati selalu menghasilkan kekudusan sejati.

Semakin seseorang bertumbuh dalam kasih karunia—semakin seseorang dibersihkan lagi dan lagi oleh air firman kasih karunia Tuhan—semakin ia bertumbuh dalam pengudusan dan kesucian. Ketika jemaat kita mengalami kasih karunia sejati dari Tuhan kita Yesus, godaan dan kenikmatan sesaat dari dosa akan pudar dalam terang kemuliaan dan kasih karunia-Nya. Dan mereka akan mulai hidup berkemenangan atas kuasa dosa.

MARILAH KITA TIDAK MALU TERHADAP INJIL

Doa saya adalah agar artikel ini akan menolong setiap para pendeta, pelayan Tuhan, dan pemimpin di dalam gereja, untuk memulai sebuah perjalanan dalam mengenali perbedaan antara kasih karunia sejati dan kasih karunia palsu. Banyak pemikiran yang dibagikan di sini diambil dari dan dibahas lebih luas dalam buku saya, Grace Revolution, Mengalami Kuasa untuk Hidup Bebas dari Kekalahan (Edisi Bahasa Indonesia).6 Saya memohon pada Anda sebagai saudara di dalam Kristus untuk tidak mundur dari Injil kasih karunia karena mendengar desas-desus, pengajaran palsu, kontroversi, dan minoritas kecil yang menyalahgunakan dan salah dalam merepresentasikan Injil dengan cara hidup mereka.

Injil kasih karunia adalah jawaban. Kasih karunia mengangkat seseorang yang sedang bergumul dengan dosa keluar dari kehidupan yang penuh kekalahan. Kasih karunia tidak menghasilkan bentuk kekudusan lahiriah yang bersifat sementara, tetapi suatu kekudusan yang bertahan yang dilahirkan dari suatu transformasi yang dimulai dalam hati seseorang ketika dia bertemu Yesus.

Inilah yang terjadi pada Neil dari Inggris, yang menulis ke pelayanan saya tentang bagaimana Tuhan membebaskannya dari pergumulan kecanduan seksual selama empat puluh tahun:

Waktu membaca salah satu buku Pastor Prince, saya dibebaskan dari kecanduan pornografi yang telah berjalan selama empat puluh tahun. Sebelumnya, saya telah mencoba untuk terbebas dari kecanduan ini dengan usaha dan kekuatan saya sendiri, tetapi selalu gagal.

Sepanjang waktu tersebut, iblis menggunakan kecanduan ini untuk menimbun rasa takut, rasa bersalah, dan penghukuman terhadap saya. Rasa takut dan malu ini menghalangi saya untuk meminta bantuan kepada para pendeta dari berbagai gereja yang saya hadiri selama periode empat puluh tahun tersebut. Saya bahkan pernah memegang posisi kepemimpinan di beberapa tempat ini.

Ketika saya membaca buku itu, saya mendapat pewahyuan segar tentang siapa saya di dalam Kristus—saya adalah orang yang dibenarkan Tuhan di dalam Kristus Yesus—dan bagaimana penghukuman tidak ada lagi bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Melalui pewahyuan segar inilah cengkeraman kecanduan ini terlepas dari kehidupan saya selamanya.

Sekarang saya memakai sebuah cincin untuk mengingatkan diri saya sendiri bahwa saya adalah orang yang benar. Setiap kali iblis mencoba menggoda saya untuk menyaksikan pornografi, saya hanya perlu melihat cincin itu untuk mengingatkan diri saya bahwa saya telah dibenarkan Tuhan di dalam Kristus, dan godaan itu kehilangan cengkeramannya terhadap diri saya.

Ini adalah kuasa Injil. Jiwa-jiwa yang berharga seperti Neil sedang disentuh, diubah, dan ditransformasikan oleh kasih Tuhan kita Yesus. Bagian kita sebagai para pelayan Tuhan yang dipercayakan dengan Injil ini adalah tidak melangkah mundur dari kebenaran, tetapi mempelajari Firman Tuhan dengan tekun, dengan tepat memilah Firman-Nya, dan dengan berani menyatakan kebenaran-Nya dengan penuh kejelasan dan kasih. Kita tidak boleh malu terhadap Injil. Tidak diragukan lagi, seperti yang dinyatakan rasul Paulus, “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya. . . . Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman.’” (Roma 1:16-17). Injil bukanlah mengenai seberapa benar diri kita, melainkan mengenai pembenaran Tuhan yang diberikan sebagai anugerah bagi mereka yang menaruh iman mereka di dalam Tuhan kita Yesus.

Mungkin kita belum memenangkan jiwa sampai di tingkat yang seharusnya karena kita telah menyajikan Injil Kristus yang ditambah dengan usaha kita, meskipun dalam banyak kasus, hal itu tidak disengaja. Pekerjaan baik adalah bukti keselamatan, tapi yang pasti itu bukanlah syarat untuk keselamatan. Saat kita mengetahui bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman, barulah keunggulan moral dihasilkan. Bukan sebaliknya. Saya tahu satu-satunya alasan mengapa kesaksian dari kehidupan-kehidupan yang berharga yang dibebaskan dari dosa, kecanduan, dan segala jenis ikatan membanjiri kantor pelayanan kami setiap minggu adalah karena injil Yesus Kristus diberitakan. Semoga kita semua menjadi pembawa Injil kasih karunia sejati yang akurat yang mengubah kehidupan!

Catatan:
1. Diakses pada 23 Oktober 2014, dari www.preceptaustin.org/ephesians_17-8.htm.
2. Diakses pada 13 Februari 2015, dari www.preceptaustin.org/new_page_40.htm.
3. NT: 3956, William Edwy Vine, Kamus Ekspositori Vine untuk Kata-kata Alkitab (Judul asli: Vine’s Expository Dictionary of Biblical Words). Hak Cipta © 1985, Penerbit Thomas Nelson.
4. NT: 3956, James Strong, Penomoran Strong dan Konkordansi dari Biblesoft dengan Kamus Bahasa Yunani-Ibrani yang Diperluas (Judul asli: Biblesoft’s New Exhaustive Strong’s Numbers and Concordance with Expanded Greek-Hebrew Dictionary). Hak Cipta © 1994, 2003, 2006 Biblesoft, Inc. dan International Bible Translators, Inc.
5. Diakses pada 23 Oktober 2014, dari www.merriam-webster.com/dictionary/sanctification.
6. Joseph Prince, Grace Revolution, Mengalami Kuasa untuk Hidup Bebas dari Kekalahan (Edisi Bahasa Indonesia). (Judul asli: Grace Revolution, Experience the Power to Live Above Defeat, New York, Boston, Nashville: FaithWords, Hachette Book Group, Inc., 2015)

© Hak cipta Joseph Prince, 2018–2021
Hak cipta berada di bawah Hukum Hak Cipta Internasional. Isi dan/atau sampul depan tidak boleh diproduksi ulang baik secara keseluruhannya maupun sebagian dalam bentuk apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.